Translate

Thursday, December 22, 2022

LOGO JAKARTA SELATAN YANG KEMBALI MUNCUL

Gelatik Jawa (Padda oryzivora) adalah jenis yang tahun 1970an umum di Jakarta Selatan, sehingga jenis ini di tetapkan sebagai maskot hewan dari daerah walikotamadya Jakarta Selatan. Seiring perkembangan dunia pertanian dan karena jenis ini juga menyukai bulir padi maka terjadilah penangkapan besar-besaran burung demi dalih pembersihan hama padi di lahan pertanian dan perkebunan, Gelatik jawa pun perlahan menghilang dari Jakarta Selatan, hingga tahun 2010 di temukan beberapa populasi kecil di pinggir Jakarta Selatan.

 

HEWAN PELIHARAAN YANG ADAPTIF

Menurut catatan Burung Indonesia, penangkapan gelatik jawa untuk memenuhi kebutuhan pasar burung peliharaan baik di wilayah domestik dan internasional mengalami puncaknya pada dekade 1960-an hingga 1970-an. Kebiasaannya yang suka bergerombol menjadikan burung ini gampang di tangkap.

Perdagangan burung ini selain di Pulau Jawa, juga meliputi pulau-pulau besar di Indonesia, dan tak hanya itu untuk ke luar negeri, jenis ini di minati mulai dari benua Eropa, Amerika, Australia hingga Asia Timur seperti Jepang.

Yang menarik adalah, karena daya adaptasi yang tinggi, ada suatu waktu burung ini terlepas ke alam dan Gelatik jawa mampu bertahan hingga beranak pinak di luar daerah asalnya, Hebaaaaat.


 

KEMBALI KE ASAL

November 2021 yang lalu ada temuan menarik soal Gelatik Jawa di Taman Margasatwa Ragunan, dimana tercatat ada ratusan Gelatik Jawa di temukan terbang bebas di dalam kebun binatang ini. Sedangkan di Agustus 2019, jumlah Gelatik Jawa di Ragunan, mungkin hanya 5 – 8 individu.

Teori sementara akan adanya populasi yang besar di Ragunan dikarenakan, sewaktu Ragunan di tutup akibat pandemik Covid-19, karena kosong tidak ada pengunjung, burung ini dengan leluasa mencari makan bersumber dari pakan burung-burung yang ada di kandang.

Tanpa rasa takut akan kehadiran manusia, pakan melimpah dan tidak ada penangkapan oleh oknum menyebabkan populasi burung ini meningkat drastis.

Namun sayangnya seiring kondisi Ragunan yang kembali normal, di bulan November 2022, burung ini sudah jarang terlihat di lokasi waktu ditemukan pada tahun 2021. Gelatik Jawa memang masih banyak populasinya di Ragunan namun terkonsentrasi di beberapa area dan perkembangiakan burung ini masih berjalan dengan normal, dimana tercatat keberadaan individu muda dan lubang di pohon sebagai sarang Gelatik Jawa ketika berbiak.

Akhirnya maskot Jakarta selatan ini kembali ke daerah asalnya dan menghiasi langit Jakarta.


Tuesday, December 20, 2022

BUNGLON ALIEN SI PEMBUAT RUSUH

Jika mendengar nama Alien, pasti yang terbayang adalah luar angkasa atau makhluk diluar bumi kita, yup dalam dunia satwa juga ada satwa-satwa yang dikenal sebagai jenis alien. Jenis Alien adalah spesies yang dibawa/terbawa masuk ke suatu ekosistem secara tidak alami. Yang umum adalah satwa tersebut dahulu adalah peliharaan, kemudian terlepas ke alam secara sengaja atau tidak sengaja. Salah satu jenis alien tersebut adalah Bunglon Taman (Calotes versicolor).


ALIEN YANG RUSUH

Bunglon Taman, daerah distribusi aslinya terbentang dari India hingga Semenanjung Malaysia. Bagaimana jenis ini bisa ada di Indonesia terutama di Jakarta adalah berawal dari hewan peliharaan yang terlepas secara sengaja. Ada juga yang terlepas tak sengaja dari pasar hewan.

Bunglon dengan ukuran kepala hingga ujung ekor mencapai 40 cm ini adalah jenis yang adaptif dan oportunis. Mungkin karena tidak ada predator alaminya di Indonesia sehingga mereka seenaknya menyebar dan berkembang biak, mereka makan apa saja yang mereka temukan, bahkan predator seperti belalang sembah saja mereka makan.

Salah satu bunglon local yang terkena imbasnya adalah si Bunglon Pohon (Calotes jubatus). Karena Bunglon pohon hanya dapat berpindah dari satu pohon ke pohon lainnya, berbeda dengan si Alien yang bisa nyebrang jalan … apa nyebrang jalan? Yup bunglon ini punya kelebihan berani menyebrang jalan di tengah lalu lintas yang banyak mobil.

Emang rusuh ni bunglon, selain merusak ekosistem dia juga senang nyebrang jalan sembarangan he he he

Tuesday, December 13, 2022

KELUARGA TIKUSAN DI HUTAN MANGROVE ANGKE

Ada yang tahu kah ada burung yang mempunyai nama tikusan? Yup penamaan tersebut dikarenakan burung golongan ini memang ukuran nya kecil dan lincah pergerakannya. Burung-burung ini termasuk ke dalam keluarga Ralidae, dan di keluarga burung tersebut juga termasuk kelompok burung kareo dan mandar.

 

BURUNG TIKUSAN

Tikusan merah (Zapornia fusca) dan Tikusan alis-putih (Amaurornis cinerea) adalah jenis burung yang memakai nama tikusan, kedua jenis ini berukuran kecil sekitar 18 – 20 cm. Kedua jenis ini merupakan pemakan omnivora atau pemakan segalanya seperti moluska, serangga air, larva serangga, biji, pucuk tumbuhan rawa dan lain-lain.



JENIS SELAIN TIKUSAN

Selain yang bernama tikusan, keluarga burung tikusan yang hidup di mangrove angke juga terdapat jenis burung Kareo padi (Amaurornis phoenicurus) dan Mandar besar (Porphyrio porphyrio), kedua jenis burung ini ukurannya lebih besar di bandingkan tikusan, sekitar 25 – 40 cm namun sama-sama Omnivora sehingga 4 jenis ini kadang berbagi relung di hutan mangrove angke yang kecil luasannya dan dipenuhi sampah di beberapa bagian arealnya. Sebagai info daging burung Kareo padi sering di jual sebagai daging burung di kaki lima loh.



Sunday, December 4, 2022

SAMPAH MU MERUSAK HABITATNYA

Muara Angke adalah salah satu muara yang terdapat di Jakarta, dimana di muara ini merupakan pertemuan antara Kali Angke serta Sungai Ciliwung yang melewati Banjir Kanal Barat. 

Untuk kondisi sampahnya jangan di tanya, NUMPUK! semua disini. Bulan Juni lalu Gerakan Indonesia Diet Kantong Plastik (GIDKP) melakukan Brand Audit di perairan Muara Angke dan di dapatkan hasil bahwa sampah sachet dari lima perusahaan telah mencemari perairan Jakarta. ditemukan bahwa sachet PT Unilever mendominasi pencemaran sampah sachet di perairan Jakarta, kemudian disusul oleh Indofood, Wings, santos Jaya dan Mayora. info selengkapnya di link ini 

Kondisi sampah yang terlalu banyak ini tidak hanya di keluhkan oleh para nelayan di Muara Baru, dari sudut pandang lain, bila burung bisa berteriak maka mereka pun akan berteriak dan mungkin berdemo bahwa habitat mereka pun terganggu oleh sampah-sampah buangan manusia.

#sampahmumerusakhabitatnya




Thursday, December 1, 2022

AVERTEBRATA ANEH DI GUNUNG CYCLOOP PAPUA


Pegunungan Cycloop atau Dafonsoro adalah salah satu Cagar Alam yang terdapat di propinsi Papua. Pegunungan ini akan terlihat jelas dalam penerbangan pesawat ketika hendak mendarat di bandara Sentani. Pegunungan yang menjadi daerah resapan air bagi danau sentani dan daerah sekitarnya merupakan area yang di anggap sakral bagi masyarakat Papua. 

Awal mula gunung ini dinamai Cycloop bermula pada 1768. Kala itu Louis-Antoine de Bougainville, pelaut Perancis, berlabuh di Teluk Humboldt. Ia melihat pegunungan di pesisir utara Jayapura yang sepintas seperti raksasa bermata satu yang sedang tidur. Maka Bougainville menamai pegunungan ini dengan sebutan Cycloop.

Di pegunungan ini terdapat jenis-jenis hewan endemik papua seperti burung cendrawasih, kanguru pohon hingga landak semut irian. selain hewan-hewan vertebrata atau bertulang belakang, ternyata hewan-hewan Avertebrata yang di temukan di sana pun aneh-aneh. 

Berikut adalah hewan-hewan Avertebrata yang saya dokumentasikan ketika mengunjungi Pegunungan Cycloop beberapa tahun silam, menggunakan kamera Fujifilm Finepix HS35 EXR + Raynox DCR-250

Foto diatas adalah jenis avertebrata dari golongan Harpactorinae atau dalam bahasa inggris dikenal sebagai Assasin Bug (Anbu). Jenis ini adalah serangga predator dimana dengan kejam Anbu ini akan menerjang mangsanya dan menusuk tubuh mangsanya dengan belalainya dan menghisap cairan yang terdapat di tubuh mangsanya hingga kering.

Awal melihat belalang ini selalu membuat saya tertawa, karena tidak tahu jenisnya, saya dan teman saya menyebut belalang ini dengan sebutan Belalang Ngangkang (Benga), karena bentuk kakinya ketika menutup dan bertengger berbeda dengan belalang lain, yak kaki belalang ini menutup kesamping bukan ke atas he he he ....

Kumbang dari keluarga Lycidae, awalnya saya banyangkan sebagai penari samba di Brazil dengan antena yang menjulang, terutama ketika melihat ke kanan dan kiri, ya kita juluki dia sebagai Kumbang Samba (Kumba).

Takjub saya ketika melihat laba-laba ini, awalnya saya pikir ini rajungan yang menyamar sebagai laba-laba he he he sampai sekarang saya menemukan petunjuk ini jenis laba-laba apa, ya sementara kita sebut dia sebagai Rajungan Fake (Rafa).

Ini dia si Kupla (Kutu-daun Plastik) he he he awalnya saya lihat dari jauh ada plastik yang menempel di daun lalu saya perhatikan kok bergerak, apa karena angin? tapi gerakannya lambat dan konstan lalu saya dekati lagi eh kutu daun ternyata.

ini jenis Serangga Ranting (Sera) yang menurut saya paling kereeeen ... karena awalnya saya pikir lumut, pas diperhatikan lagi eh ini ada serangga ranting dan dia melakukan kamuflase atau mengaburkan tubuhnya dengan lingkungan sekitar, tujuannya ya untuk menghindari pemangsa.

Ketika awal melihat serangga ini, saya pikir ulat namun kok ada sayap dan mengkilap. Cari-cari di internet ternyata ini jenis serangga dari keluarga Cercopidae, dan ciri keluarga ini adalah memakan batang-batang tumbuhan (Xilem), uniknya dalam bahasa inggris serangga ini disebut Froghopper ya kalo kita Indonesiakan menjadi Belalang Katak (Beka) he he he

Salah satu belalang yang menarik selain si Beka, adalah Bedur (Belalang Berduri) ini, seluruh tubuhnya diliputi duri-duri sehingga burung pun enggan untuk memakan dirinya, takut nyangkut di tenggorokan he he he

Kumbang weevil ini menarik, mengingatkan saya akan musuh godzilla, terlebih di tutupi duri-duri dan membuat dirinya bisa berkamuflase seperti batu, mari kita namai dia Weeevil Berbatu (Wibu) he he he

Nah kalo kumbang weevil yang satu ini bentuk nya agak pendek dan bantet, berbeda dengan weevil lainnya sehingga saya namai dia Si Bantet (Siba).

Nah itulah beberapa serangga yang bisa di jumpai di Pegunungan Cycloop, menarik dan aneh-aneh bukan, nah apakah kalian pernah menjumpai hewan-hewan ini di alam? Silahkan kalian komentar di warung pecel lele mpok Lela di samping he he he (waduh kena racun Obrolan Panas nih)

Thursday, November 24, 2022

RAYAP TANAH YANG MENAKJUBKAN

Jika mendengar kata rayap, yang langsung terpikirkan adalah kayu yang keropos he he he, memang rayap adalah hewan perusak terutama furniture yang terbuat dari kayu. Serangga ini hidup secara berkoloni, bersarang dan hidup dengan memakan kayu sehingga menimbulkan kerusakan serta kerugian ekonomi. Sama seperti lebah dan semut, rayap juga mempunyai sistem kasta dalam kehidupannya, kasta tersebut terdiri dari Ratu, Rayap Prajurit dan Rayap Pekerja, namun tahukah kalian, tidak semua Rayap adalah serangga perusak, salah satunya adalah Rayap Tanah.

 

FUNGSI RAYAP TANAH

Dari pengalaman blusukan ke hutan, ada jenis rayap tanah yang membuat saya takjub, jenis pastinya belum pasti namun genusnya adalah Tenuirostritermes. Jenis ini saya temukan di hutan perbukitan di kabupaten Sarolangun, Jambi dan hutan rawa gambut di Semenanjung Kampar, Riau.

Rayap tanah dan keluarganya ternyata adalah serangga purba yang sudah hidup sejak 200 juta tahun lalu dan rayap ini memiliki peranan penting bagi lingkungan terutama di kawasan hutan. Rayap tanah berfungsi sebagai pengurai yang juga memakan organisme mati dan limbah dari organisme lain. Rayap tanah memiliki manfaat sebagai dekomposer dan membantu siklus nutrisi kembali ke ekosistem.

Rayap tanah juga membantu membentuk proses siklus air tanah di hutan melalui sarang-sarangnya yang ada di dalam tanah. Rongga-rongga sarang rayap yang malang melintang di dalam tanah akan membantu air hujan meresap masuk ke dalam tanah untuk kemudian diserap oleh akar tanaman dan menjadi simpanan air tanah, luar biasa bukan.


 

STRATA SOSIAL RAYAP TANAH

Sama seperti semut dan lebah, Rayap tanah juga merupakan serangga sosial, dimana dalam aktivitas sehari-harinya, rayap ini di komandai oleh seekor ratu. Satu ekor ratu memerintah ribuan individu rayap. Koloni rayap terdiri dari tiga kasta utama yaitu, kasta pekerja, kasta prajurit dan kasta reproduktif. Tugas dari kasta-kasta tersebut antara lain adalah :

Kasta pekerja, Rayap kasta pekerja umumnya berukuran kecil dan memiliki jumlah terbanyak dibandingkan kasta lainnya. Tugasnya untuk mencari makan, memberi makan rayap kasta lain, merawat dan membersihkan telur rayap, membersihkan tubuh rayap kasta lain, serta membuat dan merawat sarang.

Kasta prajurit, Rayap kasta prajurit memiliki ciri berupa ukuran kepala yang besar dan tubuh yang kekar. Tugas rayap prajurit adalah untuk melindungi koloni dari ancaman dan gangguan dari luar serta mengatur pergerakan kasta pekerja ketika melakukan pekerjaan.

Kasta reproduktif, Rayap kasta reproduktif bertugas untuk menemukan tempat baru untuk koloni, bereproduksi dan memberi makanan untuk spesies yang baru lahir. Rayap reproduktif terdiri dari raja dan ratu, dimana bagian (perut) rayap ratu lebih besar daripada rayap raja. Tugas pejantan atau raja adalah membuahi rayap betina agar dapat berkembang biak dengan cara bertelur.

Friday, November 18, 2022

JULANG PAPUA SANG PETANI HUTAN

Petani tak hanya identik dilakukan oleh manusia, di dunia burung keluarga dari Bucerotidae adalah para petani hutan. Kenapa mereka disebut sebagai petani? Karena burung ini merupakan agen pemencar biji pohon-pohon di dalam hutan, salah satunya buah ara (Ficus sp.) dan menariknya Julang Papua ini dalam sehari bisa memencarkan biji-bijian perpuluh-puluh kilometer terutama di daerah Papua dan Maluku.

 

MORFOLOGI DAN DISTRIBUSI

Julang Papua berukuran besar (65-85 cm), dengan warna jantan dan betina berbeda, jantan kepala berwarna jingga cerah dengan tenggorokan putih cerah dan betina kepala hitam dengan tenggorokan berwarna biru. Julang Papua di Indonesia tersebar di Kepulauan di Maluku (Ambon hingga Halmahera) serta di sebagian besar Pulau papua dan pulau sekitarnya. Indonesia sendiri mempunyai 13 jenis julang dari 59 jenis yang ada di seluruh dunia.


PAKAN DAN KEBIASAAN

Pakan utama Julang Papua adalah buah-buahan dari jenis Ficus sepicana, Ficus sciaphila serta buah pohon lainnya seperti Varingia grossularia, Arenga saccarifera, Myristica fatua, Pometia pinnata. Julang ini tercatat juga memakan kepiting dan sarang lebah. dalam buku “Birds and mammals of the Bukit Barisan Selatan National Park, Sumatra” Margaret F. Kinnaird dan Timothy G. O’Brien mengatakan Julang atau Rangkong dapat dijadikan indikator hutan sehat atau tidak karena kebutuhan dasar Julang dalam memerlukan pohon dengan diameter besar sebagai sarangnya.

Seperti jenis Julang lainnya, Julang Papua juga ketika bersarang akan membutuhkan lubang pohon di pohon yang berdiameter besar. Ketika mengerami telur, betina akan di kurung oleh jantan dan setiap hari pakan betina akan di suplai oleh sang jantan. Julang Papua dikenal sebagai jenis yang setia terhadap pasangan, karena hingga keduanya tua dan wafat pasangannya itu-itu saja.


ANCAMAN

Perubahan hutan, terutama penebangan pohon dengan diameter besar merupakan ancaman bagi burung ini belum lagi perburuan, mungkin tidak semasiv perburuan julang ini di bandingkan dengan sepupunya Rangkong gading dan Rangkong badak, namun jika di renungkan sejenak, jika burung ini sedang bersarang dan jantan tiap hari mensuplai makanan ke lubang sarang, tiba-tiba jantan mati akibat tembakan pemburu maka tidak hanya jantan saja yang mati, karena betina dan calon anak yang tiap hari di suplai makanan oleh jantan juga akan mati karena kelaparan.

 

Sumber : Dikutip dari berbagai sumber

 

 

Tuesday, November 8, 2022

ITIK BENJUT PENGHUNI KAPAL KOSONG

 

Bentuk kepala itik ini memang menonjol, sehingga dalam Bahasa Indonesia disebut dengan nama Itik benjut, sedangkan nama latinnya adalah Anas gibberifrons dan Sunda Teal adalah nama inggrisnya karena mengacu jenis ini yang hanya tersebar di daerah paparan Sunda.

 

MORFOLOGI DAN PERSEBARAN

Itik ini mempunyai warna dominan abu-abu coklat, dengan beberapa bagian di sayap berwarna biru dan putih yang hanya terlihat ketika sedang terbang. Ciri khas kepalanya tonjol di dahi, namun individu betina tidak setonjol jantan kemudian matanya berwarna merah. Paruh pipih khas keluarga Anatidae yang berfungsi untuk menyosor di air dan menyaring makanan. Kakinya berwarna coklat gelap dengan web yang menutupi seluruh jarinya.

Itik benjut merupakan jenis asli Indonesia, dimana persebarannya meliputi pulau-pulau di Sunda Besar (Sumatera, Kalimantan, Jawa-Bali), pulau-pulau di Sunda Kecil (Lombok, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur hingga Sumba) serta sebagian besar wilayah di Sulawesi dan pulau-pulau sekitarnya.


KEBIASAAN DAN HABITAT

Itik benjut sama seperti bebek lainnya, merupakan golongan pemakan segalanya (omnivore), namun hingga saat ini belum ada penelitian soal pakan pastinya dari itik benjut ini. 

Itik ini sangat mudah beradaptasi dengan berbagai lahan basah, seperti di daerah pertambakan, rawa, hutan mangrove hingga daerah tercemar seperti di Muara Angke dan Teluk Jakarta. Menariknya di Teluk Jakarta, itik benjut menggunakan kapal pengisi pasir yang kosong dan sedang bersandar di Teluk Jakarta, Kapal tersebut dahulu di pergunakan untuk mengerasakan pasir dalam pembuatan pulau reklamasi, Itik benjut diduga memanfaatkan pipa-pipa berlubang di kapal tersebut sebagai tempat bersarang.




Monday, October 31, 2022

ZOMBIE BELALANG

 


Di tengah pedalaman hutan tropis sumatera, tampak sebuah belalang bergerak perlahan, matanya tampak kosong namun dalam Langkah pasti, serangga ini bergerak menuju pucuk tanaman untuk mencari sinar matahari. Pertanyaannya kenapa belalang itu tidak melompat seperti biasanya, malah perjalan dengan perlahan. Yup belalang tersebut sudah menjadi zombie.

 

Makhluk Pembuat Ulah

Belalang kayu (Valanga sp.) tersebut menjadi korban infeksi dari jamur Cordyceps sp. Jamur cordyceps adalah jamur yang suka mencari inang dari serangga seperti belalang atau semu. Jamur akan memaksa inangnya untuk memanjat ke atas tumbuhan, menjepitnya untuk menstabilkan dirinya sendiri, dan menunggu untuk mati. Kemudian, jamur perlahan-lahan muncul melalui kerangka luar serangga, membentuk tangkai ke atas melalui bagian atas hewan yang mati. Tangkai menghujani spora pada serangga di bawah, memulai proses dari awal lagi untuk mencari inang atau korban baru.

Untuk waktu yang lama, para ahli percaya bahwa Cordyceps menginfeksi otak inangnya, memaksanya untuk terlibat dalam perilaku aneh ini. Namun, penelitian baru yang diterbitkan dalam Proceedings of the National Academy of Sciences menceritakan kisah yang berbeda. Menggunakan Pencitraan 3D dan mikroskop elektron, sebuah penelitian menemukan bahwa Cordyceps menyerang serat otot hewan dan membuat otak tetap utuh. Itu berarti bahwa jamur mengendalikan apa yang dilakukan serangga saat serangga sepenuhnya sadar tetapi tidak dapat menghentikannya, wuiih seram sekali

 


Brutal atau Normal

Mungkin kalo secara pandangan manusia, hal ini adalah sesuatu yang brutal, namun dalam mekanisme seleksi alam, hal ini adalah sesuatu yang normal dimana peranan dari jamur ini adalah sebagai agen pengontrol populasi serangga agar tidak terlalu banyak populasinya di alam. Dan di hutan Sumatera tersebut selalu dalam kondisi seimbang komposisi hewan-hewannya, menarik bukan mekanisme alam dalam menjaga keseimbangannya.

Monday, October 24, 2022

DARA LAUT KUMIS, PENGEMBARA YANG TAHAN BANTING

Memasuki bulan September, sebagian besar wilayah di Indonesia akan kedatangan para pengembara dari bumi bagian utara. Para pengembara tersebut adalah para burung-burung migran yang mengembara ke selatan karena menjauhi daerah asal mereka di utara yang memasuki musim dingin, sehingga sebagian besar mangsanya juga pergi menghilang atau hibernasi. Salah satu jenis burung migran yang umum di temukan di Jakarta adalah Dara laut kumis.


MORFOLOGI DAN DISTRIBUSI

Dara laut kumis (Chlidonias hybrida), atau dalam Bahasa inggris dikenal dengan nama Whiskered Tern adalah salah satu anggota keluarga Laridae, burung ini mempunyai ukuran 23 – 29 cm dengan bentang sayap mencapai 64 – 70 cm dengan warna ketika tidak berbiak dominan putih serta paruh hitam, sedangkan ketika berbiak dominan berwarna abu-abu hingga leher dengan paruh berwarna merah, kepala hitam dan pipi putih. Umumnya burung ini ketika tiba di Indonesia sudah dalam kondisi warna bulu tidak berbiak, namun kadangkala masih dalam kondisi bulu berbiak, seperti foto di bawah. Burung ini berbiak di daerah Rusia, Monggolia dan Cina, ketika musim migrasi burung ini bergerak ke selatan menuju India, Asia Tenggara hingga beberapa daerah di Australia.


POLA PAKAN DAN KEBIASAAN

Burung ini merupakan jenis pemakan serangga, capung, berudu, laba-laba, kepiting dan ikan. Ketika bermigrasi melewati daerah tambak dan laut, burung dara laut kumis akan mencari ikan yang berenang di dekat permukaan air, dan dengan segera burung ini akan menukik tajam lalu ikan pun sudah tertangkap di paruh kecilnya. Ketika berbiak burung ini akan membuat sarang di tumpukan rerumputan di daerah berawa-rawa, sehingga nama lain burung ini adalah Marsh Tern. Dalam melakukan perjalanan migrasi, burung ini merupakan jenis burung yang tahan banting dimana hujan badai tidak menyurutkan burung ini untuk terus bergerak dan mencari makan.


TIPS MEMOTRET

Dalam memcapture Dara laut kumis dalam sebuah frame, sangat mudah ketika burung ini sedang bertengger namun ketika sedang terbang dan mendapatkan moment, perlu kejelian dalam melihat pergerakan burung ini. Beberapa tipsnya adalah sebagai berikut :

  1. Ketika burung ini sedang bergerombol, fokuskan ke salah satu individu dan ikuti terus pergerakan individu tersebut.
  2. Ketika Dara laut kumis akan menangkap ikan, biasanya kepalanya akan menunduk ke bawah dan melihat ke arah air, dan tak lama pasti burung ini akan terjun ke bawah.
  3. Atur kamera Anda dengan kecepatan rana tinggi sebagai prioritas, 1/500 detik atau lebih tinggi.
  4. Gunakan continuous shooting, ketika burung ini mulai terjun dan fokus ikuti pergerakan burung. 


DAFTAR PUSTAKA

Gochfeld, M., J. Burger, GM Kirwan, dan EFJ Garcia (2020).Whiskered Tern (Chlidonias hybrida), versi 1.0. Dalam Birds of the World (J. del Hoyo, A. Elliott, J. Sargatal, DA Christie, dan E. de Juana, Editor). Laboratorium Ornitologi Cornell, Ithaca, NY, AS. https://doi.org/10.2173/bow.whiter2.01

https://birdlife.org.au/bird-profile/whiskered-tern 

Friday, October 21, 2022

KACAMATA BIASA DULU BURUNG RECEH SEKARANG LANGKA

Siapa yang tak kenal dengan burung kuning kecil nan gesit ini, Kacamata biasa (Zosterops melanurus) atau dalam bahasa perdagangan burung di kenal dengan nama “Pleci” dengan ciri khas suara merdu dan lingkar putih di sekitar matanya membuat burung ini dalam kurun waktu 9 tahun kebelakang menjadi incaran para pemburu di hutan maupun di taman-taman kota di Jakarta, sehingga nama inggrisnya menjadi Sangkar White-eye karena saat ini, mudah menemukan burung kacamata di Sangkar.


MORFOLOGI 

Kacamata biasa berukuran kecil (10 – 11 cm), dengan warna dominan kuning dan terdapat lingkaran putih di sekitar mata, dengan garis hitam tebal ke arah paruh. Sebelumnya masuk ke dalam jenis Zosterops palpebrosus kemudian menjadi Zostrops melanurus dengan dua sub species yakni Z.m. melanurus yang mempunyai perut kuning dan Z.m. buxtoni yang mempunyai perut berwarna putih. 


DISTRIBUSI

Dalam buku Burungnesia Seri Panduan Lapangan – Sunda Besar, Kacamata biasa merupakan burung endemik Jawa dan Bali dimana Z.m. melanurus tersebar di Jawa bagian tengah, timur dan Bali. Sedangkan Z.m. buxtoni tersebar di Jawa bagian barat dan daerah Cibodas merupakan zona peralihan dimana kedua sub spesies tersebut hidup berdampingan, namun dari data foto-foto Jakarta Birdwatcher’s Society tahun 2011 sub spesies buxtoni dan melanurus tercatat keberadaannya di Taman Monas dan RTH sekitarnya seperti foto di bawah ini.



POLA PAKAN DAN KEBIASAAN

Merupakan jenis Omnivora yakni pemakan protein hewani dari serangga dan nabati dari kuncup kecil, biji, buah, dan nectar bunga-bungaan seperti pada benalu (Loranthus sp). Burung ini hidup secara berkelompok, terkadang bergabung dengan jenis kacamata lain seperti Kacamata Jawa (Zosterops flavus) dan Kacamata Gunung (Zosterops japonicus). Ada hal yang menarik dari kebiasaan burung Kacamata biasa dalam membuat sarang di Taman Monas, diduga karena sulitnya menemukan tumbuhan sebagai komponen sarang, burung ini menggunakan kertas layangan sebagai bahan pembuat sarangnya, seperti foto dibawah ini.



STATUS

Tahun 2010 – 2012 dari catatan Jakarta Birdwatcher’s Society, jenis burung ini masih banyak di temukan di Taman dan Hutan Kota DKI Jakarta, namun seiring populernya Kacamata biasa sebagai burung peliharaan di tahun 2013, tercatat penangkapan besar-besaran di Taman dan Hutan Kota Jakarta, hingga saat ini hanya di beberapa lokasi saja yang masih bisa di jumpai Kacamata Biasa di Jakarta dan hal ini juga berlaku secara umum di seluruh pulau Jawa. Karena seiring populasinya yang semakin menurun di alam status IUCN burung ini pun menjadi VULNERABLE atau RENTAN TERANCAM PUNAH di ALAM. 


DAFTAR PUSTAKA

Taufiqurrahman, I., P.G. Akbar, A.A. Purwanto, M. Untung, Z., Assiddiqi, M. Iqbal, W.K. Wibowo, F.N. Tirtaningtyas & D.A. Triana. 2022. Panduan lapangan burung-burung di Indonesia Seri 1: Sunda Besar. Birdpacker Indonesia-Interlude: Batu.

Van Riper, S. G. and B. van Balen (2020). Warbling White-eye (Zosterops japonicus), version 1.0. In Birds of the World (S. M. Billerman, Editor). Cornell Lab of Ornithology, Ithaca, NY, USA. https://doi.org/10.2173/bow.warwhe1.01 

Monday, October 17, 2022

BURUNG PENGHUNI HUTAN MANGROVE TERSISA DI JAKARTA

Sekilas burung ini memang mirip gagak, dengan warna didominasi hitam namun terdapat warna merah di sayap yang menjadi ciri khasnya. Selain warna merah di sayap tersebut, Bubut Jawa adalah bagian dari keluarga Cuculidae bukan keluarga Corvidae (Gagak), Cuculidae sendiri adalah keluarga burung yang unik, karena keluarga burung ini, kebanyakan jenisnya tidak bertanggung jawab ketika membesarkan anak.

Bubut Jawa di Jakarta sendiri sudah tercatat sejak tahun 1938 berdasarkan catatan Andries Hoogerwerf dalam bukunya "De Avifauna van Batavia en Omstreken" bertempat di Muara Angke yang dahulu berupa kawasan Cagar Alam dan persebaran burung ini hingga ke daerah Ancol serta Cilincing namun sayangnya hingga hari ini keberadaannya di Jakarta hanya bisa di temukan di Muara Angke saja.


MORFOLOGI 

Bubut Jawa (Centropus nigrorufus), dalam bahasa inggris di kenal dengan nama Javan Coucal atau Sunda Coucal. Burung ini mempunyai ukuran tubuh 46 cm dengan warna tubuh keseluruhan hitam dan terdapat warna merah di sayap dan mata. Secara penampakan mirip dengan Bubut besar (Centropus sinensis), namun warna hitam lebih kusam di bandingkan Bubut besar, dan hasil uji Mitokondria DNA, Bubut Jawa lebih dekat kekerabatannya dengan Bubut besar di bandingkan bubut lainnya. Untuk kakinya Bubut Jawa serta keluarga dari Cuculidae mempunyai jumlah jari 2 di depan dan 2 di belakang, hal ini yang membedakan Cuculidae dengan keluarga burung lainnya.


DISTRIBUSI

Bubut Jawa adalah jenis burung endemik di Pulau Jawa dan lebih sering ditemukan di Kawasan pesisir terutama di daerah mangrove dan rawa-rawa, namun ada catatan di musim hujan bisa ditemukan di daerah padang rumput, hutan tergenang dan perkebunan tebu. Informasi terbaru berdasarkan buku Panduan Lapangan Burung-burung di Sunda besar (Taufiqurrahman dkk 2022), keberadaan Bubut Jawa juga tercatat di Madura dan Bali. 


POLA PAKAN DAN KEBIASAAN

Bubut Jawa dilihat dari persentase pakannya, 57% memakan serangga, 40% memakan amfibi dan reptil, 2% mamalia kecil seperti tikus dan 1% bulir-bulir padi (Oryza sativa), sehingga bisa kategorikan burung ini sebagai Omnivora atau pemakan segala. Di kali Angke Jakarta, kebiasaan mencari pakan burung ini adalah mencari ulat bulu di rawa yang di tumbuhi rumput-rumput tinggi namun terkadang burung ini mencari makan di pinggiran kali Angke yang disatu sisi daerah ini di penuhi oleh sampah yang berasal dari kota Jakarta, di duga Bubut jawa mencari lalat-lalat yang hinggap di tumpukan sampah.


STATUS

Menurut IUCN, status Bubut Jawa adalah Vulnerable (VU) atau rentan terancam punah di alam yang artinya burung berstatus VU hanya memiliki 1000 individu dewasa di alam dan habitatnya terfragmentasi, hal ini cocok sekali dengan habitat Bubut Jawa yang kebanyakan berada di daerah pesisir dan dimana habitat pesisir ini adalah salah satu area di Jawa yang sering sekali beralih fungsi entah itu sebagai tambak, pemukiman atau area industri dan di Jakarta sendiri, dari tahun 1938 keberadaan Bubut Jawa yang dahulu tersebar luas sekarang menyusut hingga tersisa di Muara Angke saja. 

Selain berstatus Vulnerable sejak tahun 2018 Bubut Jawa sudah dilindungi oleh pemerintah Indonesia dan semoga kedepannya populasinya tetap bertahan atau bertambah.


DAFTAR PUSTAKA

MacKinnon, J. 1990. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Penerbit Universitas Gadjah Mada.

Payne, R. B. and G. M. Kirwan 2020. Sunda Coucal (Centropus nigrorufus), version 1.0. In Birds of the World (J. del Hoyo, A. Elliott, J. Sargatal, D. A. Christie, and E. de Juana, Editors). Cornell Lab of Ornithology, Ithaca, NY, USA.  

Taufiqurrahman, I., P.G. Akbar, A.A. Purwanto, M. Untung, Z., Assiddiqi, M. Iqbal, W.K. Wibowo, F.N. Tirtaningtyas & D.A. Triana. 2022. Panduan lapangan burung-burung di Indonesia Seri 1: Sunda Besar. Birdpacker Indonesia-Interlude: Batu.


Friday, October 14, 2022

KUNTUL KECIL NAN MEMPESONA



Kuntul kecil (Egretta garzetta) adalah salah satu famili burung air Ardeidae yang keberadaannya umum di temukan Indonesia dan juga perkotaan. 


MORFOLOGI 

Sesuai dengan namanya, kuntul ini di bandingkan dengan kuntul lainnya berukuran kecil yakni 55-65 cm dengan bentangan sayap sepanjang 88-106 cm. Berwarna putih dari kepala hingga ekor dengan paruh dan kaki berwarna hitam. 

Terdapat juga Kuntul kecil ras migran yang mempunyai telapak kaki berwarna kuning. Jika berbiak tampak jambul di kepalanya dan ada warna biru di sekitar mata.

DISTRIBUSI

Tersebar luas di seluruh dunia, mulai dari Afrika, Eropa, Asia hingga Australia dan Amerika Latin. di Indonesia sendiri, burung ini  kebanyakan di temukan di pesisir pantai hingga sawah di pegunungan di Pulau Sumatera, Kalimantan, Jawa, Bali, Sulawesi hingga Papua.


KEBIASAAN

Dikutip dari buku John Mackinnon tahun 1990, Burung ini mencari makanan dalam kelompok yang terpencar-pencar, sering bercampur dengan burung-burung perancah yang lain. Kadang-kadang terlihat mengejar mangsanya di tepian pantai di tempat yang dangkal. Bila pulang ke tempatnya bermalam, burung-burung ini terbang dalam formasi V. 

Kuntul ini memangsa berbagai jenis ikan, kodok, krustasea, serangga air, dan juga belalang. Kuntul kecil bersarang dalam koloni, bercampur dengan burung-burung air lainnya. 

Sarangnya berupa tumpukan ranting-ranting serupa panggung, dibuat di pucuk-pucuk pohon; biasanya pohon yang tanahnya tergenang air.


DAFTAR PUSTAKA

MacKinnon, J. 1990. Panduan Lapangan Pengenalan Burung-burung di Jawa dan Bali. Penerbit Universitas Gadjah Mada. Hal. 75-76.

MacKinnon, J., K. Phillipps, & B. van Balen. 2000. Burung-burung di Sumatra, Jawa, Bali dan Kalimantan. Puslitbang Biologi LIPI dan BirdLife IP.

Monday, October 10, 2022

Takur ungkut-ungkut Sang Pandai Besi

Takur ungkut-ungkut adalah salah satu burung menarik yang bisa di amati di beberapa daerah di Jakarta. salah satunya di Taman Monas, Taman Suropati, Taman Langsat, Hutan Kota Kemayoran, Kawasan GBK dan Taman Margasatwa Ragunan. Burung ini memiliki nama latin Psilopogon haemacephalus atau Megalaima haemacephala

Takur ungkut-ungkut merupakan burung yang mempunyai struktur paruh keras, karena di pergunakan untuk membuat lubang di pohon maupun mencari pakan berupa ulat yang tersembunyi di balik kulit kayu sebuah batang pohon, walapun sebagian besar makanannya berupa buah-buahan.

Persebaran burung ini sangat luas, mulai dari India, Pakistan, Nepal, Myanmar, Thailand, Vietnam, Laos, Malaysia, Filipina hingga Indonesia. dan dari 9 sub spesies yang ada di Indonesia terdapat dua sub spesies burung ini yakni Psilopogon haemacephalus delicus untuk wilayah Sumatera dan Psilopogon haemacephalus roseus untuk wilayah Jawa dan Bali.

Entah kenapa dalam bahasa inggris burung ini dinamai Coppersmith Barbet. Menurut Bas van Balen, salah satu peneliti burung asal Belanda, penamaan coppersmith karena suaranya yang terdengar seperti penempa besi yang sedang menempa tembaga, saya juga ndak terbayang suara tempaan tembaga seperti apa, namun penamaan dalam bahasa Indonesia mengikuti irama suaranya yang berbunyi "ungkut ungkut ungkut ungkut" dan terus bersuara seperti itu hingga beberapa waktu. dan menurut kalian apakah suaranya mirip dengan tembaga yang sedang di tempa?

Suara Takur Ungkut-ungkut