Translate

Monday, July 7, 2008

Katak pohon bergaris

Katak-pohon bergaris (Polypedates leucomystax) adalah jenis katak pohon yang gampang ditemukan di Jakarta. Suka berada di pepohonan, habitatnya berada dekat kolam atau rawa di dalam hutan, terdapat juga di hutan bekas tebangan maupun di dekat hunian manusia.

Katak ini dalam beberapa bahasa daerah disebut juga sebagai cehay atau cekay (Sd.), perkak (Bms.) dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris kodok ini dikenal sebagai Striped Tree Frog, Four-lined Tree Frog, Common Tree Frog, Banana Frog dan beberapa nama lainnya.

Marga Polypedates hanya terdapat 13 jenis, dan 4 jenis diantaranya terdapat di Indonesia. Selain katak ini ada juga katak pohon telinga gelap (Polypedates macrotis), katak pohon jam pasir (Polypedates colletii) dan katak pohon telinga bergerigi (Polypedates otilophus). Sayang ketiga jenis ini tidak terdapat di Jawa tetapi dapat dijumpai di Sumatera, Kalimantan serta beberapa pulau di sekitarnya.

Katak pohon bergaris, bercirikan punggung (dorsal) berkulit halus, tanpa lipatan, tonjolan atau bintil-bintil. Warna sangat berubah-ubah, coklat muda kekuningan, keabu-abuan sampai pucat keputihan, dengan corak, polos (Gambar 1), berbintik gelap besar dan kecil (Gambar 2), atau bergaris-garis memanjang (Gambar 3).


Katak ini juga dapat berubah warna dari yang berpola agak gelap dan kontras di waktu malam, hingga pucat dan samar-samar di waktu siang. Seperti yang saya temukan pada siang hari di hutan kota srengseng, Jakarta Barat, dia sedang asyik-asyiknya tidur di rumput gajah. Terdapat suatu garis atau pita gelap kehitaman sampai hitam antara hidung dengan mata, terus ke belakang melewati sisi atas timpanum (gendang telinga) sampai ke bahu. Pita hitam itu dibatasi garis tipis kuning keemasan di sebelah atasnya, terutama dari mata hingga ke bahu di atas timpanum.


Tangan dan paha dengan garis-garis (coreng) miring kehitaman. Jari-jari di tangan berselaput renang setengahnya atau hampir tak ada. Selaput renang di kaki berwarna kehitaman, mencapai ruas jari paling ujung; kecuali pada jari keempat (yang terpanjang), hanya mencapai ruas kedua dari ujung. Dengan mata besar, menonjol iris kuning keemasan. Bibir atas keemasan, bibir bawah kehitaman.

Katak ini aktif di malam hari (nokturnal), katak ini sering terdengar berbunyi keras sejak menjelang magrib. Mereka memangsa beraneka jenis serangga.

Pada musim kawin, banyak individu jantan (terkadang hingga sekitar 10 ekor) yang berkumpul dekat kolam, parit atau genangan air lainnya. Katak-katak jantan ini memanjat semak-semak rendah atau pohon kecil di dekat genangan, hingga ketinggian 1 m atau lebih di atas tanah, serta bersuara sahut-menyahut dari tenggerannya itu untuk memikat kodok betina. Jika bertemu, pasangan katak pohon ini lalu bergerak mencari posisi daun atau ranting yang menggantung di atas air untuk menempelkan telurnya.

Telur-telur itu diletakkan di sebuah sarang busa yang dilekatkan menggantung di atas genangan, pada daun, ranting, tangkai rumput, atau terkadang juga pada dinding saluran air. Gelembung-gelembung busa ini akan melindungi telur dari kekeringan, hingga saatnya menetas dan kecebongnya keluar berjatuhan ke air.

Di saat musim kawin, beberapa katak jantan menunjukkan sikap agresif terhadap kehadiran cahaya senter dengan menghampiri dan bertengger dekat cahaya, dan lalu bersuara. Bunyinya ”pro-ek.. wrok!... krot..krot..krot” mirip orang menggesekkan giginya.

Karena keberadaannya sangat umum di Jakarta, coba teliti pekarangan anda dapatkan anda temukan katak ini? Selain itu katak pohon bergaris diketahui menyebar di India, Burma, Tiongkok Selatan, Kamboja, Laos, Vietnam, Thailand, Semenanjung Malaya, Nikobar, Mentawai, Sumatra, Borneo, Filipina, Sulawesi, Jawa, Bali, Lombok, Sumbawa, Flores, Sumba, hingga ke Timor dan beberapa di introduksi ke Papua.