Translate

Friday, September 4, 2009

Yang tersisih dan beradaptasi

Di pinggir pantai Jakarta yang dipadati sampah-sampah beraneka macam seperti bungkus mie instant, sterofoam, plastik, hingga sendal jepit. Tampak makhluk mungil berukuran 20 cm sedang asyik berjalan dan menggoyangkan ekornya naik-turun. Dengan seksama dia memperhatikan hamparan lumpur di sekitarnya. Ajaib dia bisa menemukan sebuah kerang kecil di hamparan lumpur yang dipenuhi sampah. Kerang kecil tersebut dipecahkan menggunakan paruhnya dan kemudian memakan hewan lunak yang berlindung di balik cangkang kerang tersebut.

Makhluk yang sedang asyik mencari makan tersebut adalah burung Trinil pantai (Tringa hypoleucos) atau orang-orang londo menyebutnya Common Sandpiper. Trinil pantai merupakan jenis burung yang hidup di daerah pesisir pantai dan hutan mangrove yang mempunyai hamparan dataran lumpur (mudflat). Gampang sekali untuk mengidentifikasi burung ini, karena setiap dia berjalan pasti dia selalu menggoyangkan ekornya naik-turun (Bobbing) dan burung ini mempunyai ciri khas paruhnya yang panjang untuk mencari kerang di dasar lumpur.

Namun sangat disayangkan di kota Jakarta, burung ini selalu tersisihkan, habitatnya berupa pantai berlumpur atau hutan mangrove selalu diambil paksa dan dialihkan fungsi menjadi pemukiman atau kawasan pabrik. Tahun 1970 merupakan masa habitat burung ini mulai tergusur, dimana awalnya kawasan Ancol yang berupa rimba belantara mulai di babat habis hingga merambat keseluruh pesisir Jakarta. dan saat ini hutan mangrove hanya tersisa di daerah Angke – Kapuk.

Namun bukan burung Jakarta jika tidak mampu beradaptasi, dimana satwa-satwa yang mampu beadaptasi di lingkungan Jakarta yang Ekstrim dialah yang mampu bertahan hidup. Diantara bangunan dan sampah yang semakin hari semakin menumpuk, burung ini masih mampu hidup. Di pantai Ancol sendiri burung ini masih kerap dijumpai diantara bebatuan penahan gelombang untuk sekedar mencari makan.