Translate

Friday, January 31, 2014

Suara Katak Berbunyi ... Pertanda Hujan Turun



“Peeeeeng” ... suara nyaring dari sesosok hewan terdengar membahana di hutan hujan bukit limun desa Temalang, Kabupaten Sarolangun, Jambi.
“wah ... ayo bergegas jalannya, kataknya dah bersuara, tandanya bentar lagi hujan” seru Andri salah satu rekanku di FFI-IP bagian survei herpetofauna.
“eh itu suara si Megophrys nasuta ndri? Tanyaku
“yup itu suara dia” balas Andri

Megophrys nasuta atau dalam bahasa Inggris disebut The Long-nosed Horned Frog, sayangnya belum ada namanya dalam bahasa Indonesia, tetapi ku biasa memanggilnya Katak bertanduk hidung pinokio he he he ....

Ku sendiri sangat rindu untuk bertemu si hidung pinokio ini. Pertama kali bertemu jenis ini sewaktu ku survei di area PT SJM di Kalimantan Barat tahun 2007, ku sangat terpesona sekali dengan wujudnya. Katak ini memiliki kelopak mata dan hidung yang  panjang, sangat panjang dibandingkan dengan sepupunya yang biasa ku temui di Pulau Jawa yaitu Megophrys montana. Maka ketika bertemu katak ini lagi di bulan Desember 2013 tak ku sia-sia kan untuk memotret katak ini.

M. Nasuta, tersebar mulai dari Thailand, Malaysia, Singapura hingga pulau Sumatera dan Kalimantan. Habitatnya mulai dari hutan dataran rendah yang lembab hingga hutan sub montana.  Warna dari katak ini coklat terang hingga coklat gelap, menyerupai lantai hutan dan panjang katak ini bisa mencapai 10 – 12 cm.

Dalam hal berburu katak ini merupakan ahlinya penyamaran, berdiam diri dilantai hutan dengan ditutupi beberapa daun-daun, penyamarannya benar-benar sempurna. Mangsa yang lewat pun tidak curiga ... lalu hap!! Tertangkaplah laba-laba, kadal, katak dan tikus kecil yang menjadi mangsanya.

Dari perjalanan ku di Jambi beberapa waktu lalu, yang menarik adalah ketika katak ini sudah bersuara maka sebentar lagi hujan akan turun. Walaupun belum dibuktikan secara ilmiah namun dari pengalaman kemarin, setelah katak ini berbunyi, hujan kemudian turun. Setidaknya suara katak ini bisa dijadikan acuan ketika berada di dalam hutan sebagai tanda-tanda bahwa hujan akan datang he he he
 
Status katak ini di IUCN masih sebatas Least Concern, atau belum menjadi prioritas karena masih banyaknya populasi katak ini di alam, namun di beberapa forum pemelihara hewan amfibi, katak ini mulai diperjual belikan dengan harga sekitar Rp. 350.000 – Rp. 450.000, dikhawatirkan jika pengambilan jumlah besar populasi katak ini di alam, maka katak ini perlahan akan punah. Di tambah secara langsung hutan yang menjadi habitat katak ini rentan berubah fungsinya .... T-T