Translate

Monday, February 27, 2012

Pernahkan teman-teman melihat Ikan Glodok?

Ikan Glodok adalah ikan yang aneh, bisa hidup di air dan dilumpur. Orang jakarta bilang namanya Ikan boso atau ikan jorok. Namun sangat di cari di Jepang untuk dimakan, karena sangat baik untuk kesehatan terutama janin ibu hamil dan peningkat tenaga lelaki. Gelodok, belodok, belodog atau blodog adalah sekelompok ikan dari beberapa marga yang termasuk ke dalam suku Gobidae, anak suku Oxudercinae. Ikan-ikan ini senang melompat-lompat ke daratan, terutama di daerah berlumpur atau berair dangkal di sekitar hutan mangrove ketika air surut. Nama-nama lainnya adalah tembakul, tempakul, timpakul atau belacak (bahasa Melayu), gabus laut, lunjat dan lain-lain. Dalam bahasa Inggris disebut mudskipper, karena kebiasaannya melompat-lompat di lumpur itu, bisa dikatakan juga ikan ini merupakan gambaran peralihan ikan ke amfibi. Kehadiran mereka sudah dari 22,5 juta tahun yang lalu dan bertahan hingga sekarang … woooowww.

Tampang ikan ini sangatlah khas. Kedua matanya menonjol di atas kepala seperti mata kodok, wajah yang dempak, dan sirip-sirip punggung yang terkembang menawan. Badannya bulat panjang seperti torpedo, sementara sirip ekornya membulat. Panjang tubuh bervariasi mulai dari beberapa sentimeter hingga mendekati 30 cm. Keahlian yang dimiliki ikan yang satu ini, selain dapat bertahan hidup lama di daratan (90% waktunya dihabiskan di darat), ikan gelodok dapat memanjat akar-akar pohon bakau, melompat jauh, dan ‘berjalan’ di atas lumpur. Sebenarnya kaki yang dimiliki ikan glodok ini adalah sirip dadanya yang telah mengalami adaptasi, sehingga menjadi kuat, dan bisa digunakan untuk berjalan di lumpur mangrove. Pangkal sirip dadanya berotot kuat, sehingga sirip ini dapat ditekuk dan berfungsi seperti lengan untuk merayap, merangkak dan melompat.

Daya bertahan di daratan ini didukung pula oleh kemampuannya bernafas melalui kulit tubuhnya dan lapisan selaput lendir di mulut dan kerongkongannya, yang hanya bisa terlaksana dalam keadaan lembab. Oleh sebab itu gelodok setiap beberapa saat perlu mencelupkan diri ke air untuk membasahi tubuhnya. Ikan gelodok Periophthalmus koelreuteri setiap kalinya bisa bertahan sampai 7-8 menit di darat, sebelum masuk lagi ke air. Di samping itu, gelodok juga menyimpan sejumlah air di rongga insangnya yang membesar, yang memungkinkan insang untuk selalu terendam dan berfungsi selagi ikan itu berjalan-jalan di daratan.

Yang menarik ketika berenang, kedua mata ikan glodok ini tetap muncul di permukaan mirip periskop kapal selam dan kedua matanya mampu bergerak secara independent, jadi yang satu bisa melihat ke kiri dan yang lainnya bisa melihat ke kanan pada saat bersamaan. Selain itu, juga karena berada di luar rongga kepala, mata yang mereka miliki mampu melihat ke segala arah alias dapat berputar 360 derajat.

Hidup di wilayah pasang surut, gelodok biasa menggali lubang di lumpur yang lunak untuk sarangnya. Lubang ini bisa sangat dalam dan bercabang-cabang, berisi air dan sedikit udara di ruang-ruang tertentu. Ketika air pasang naik, gelodok umumnya bersembunyi dilubang-lubang ini untuk menghindari ikan-ikan pemangsa yang berdatangan. Ikan jantan memiliki semacam alat kopulasi pada kelaminnya. Setelah perkawinan, telur-telur ikan gelodok disimpan dalam lubangnya itu dan dijaga oleh induk betinanya. Telur-telur itu lengket dan melekat pada dinding lumpur.

Ikan gelodok hanya dijumpai di pantai-pantai beriklim tropis dan subtropis di wilayah Indo-Pasifik sampai ke pantai Atlantik Benua Afrika. Ikan ini termasuk ikan yang paling tahan terhadap kerusakan lingkungan hidup dan dapat tetap hidup dalam kondisi yang “memprihatinkan” sekalipun.

Di Indonesia, ikan glodok ditemukan oleh Harden Berg pada tahun 1935 di Sumatera dan Kalimantan deari jenis Periophtalmus sp dan sekarang telah tersebar luas di sepanjang pantai utara jawa, segara anakan cilacap dan nusakambangan, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara dan Maluku. Saat ini telah teridentifikasi sebanyak 35 spesies ikan gelodok di Indonesia. Terbagi menjadi tiga kelompok besar, yaitu Boleophthalmus, Periophthalmus dan Periophthalmodon, sedangkan di Jakarta sendiri saat ini hanya ditemukan 2 jenis yaitu Boleophthalmus boddarti dan Periophthalmus chrysospilos. Mereka dapat di temukan di Taman Wisata Alam Angke Kapuk hingga ke Hutan Lindung Angke Kapuk dan hidup diantara tumpukan sampah dan bahan pencemar lain yang menumpuk di muara Jakarta. Ayo kita cari ikan menarik ini