Translate

Friday, June 27, 2008

Bondol Merah, Kuning, Hijau, . . “Wah Bondol Jenis Baru Nih?”

“Pak…pak…pak, beliin itu dong, burung yang warnanya merah atau kuning atau yang ijo itu tuh!!” tunjuk seorang anak kepada bapaknya, seketika itu juga mereka menghampiri penjual burung bondol yang ditunjuk anak tersebut.

Kejadian ini hanyalah salah satu keberhasilan para penjual burung bondol dalam memikat anak kecil untuk membeli dagangannya. Kebanyakan burung bondol yang dijual ialah jenis Bondol jawa (Lonchura leucogastroides), Bondol peking (Lonchura punctulata), dan Bondol haji (Lonchura maja).


Bila dibandingkan dengan warna bulu asli dari bondol tersebut, mungkin tidak terlalu menarik hanya sebatas warna hitam, coklat, dan putih. Tetapi yang membuat burung-burung itu semakin menarik ialah warna merah, kuning, hijau, atau warna-warna lainnya yang bukan berasal dari bulunya melainkan warna sepuhan dari penjual untuk memikat pembeli, terutama kalangan anak kecil.

Jika sejenak kita berfikir, apakah hal seperti itu tidak menyakitkan bagi burung itu sendiri, akibat dari perbuatan orang-orang yang tega menyepuh bulunya. Sepertinya burung itu sedang dipakaikan kostum yang bagus untuk dilelang. Siapa yang menarik dialah yang dipilih.


Lalu apakah kita hanya bisa tinggal diam saja melihat burung-burung itu merasa kesakitan dan tersiksa akibat sepuhan dan dikurung dalam kandang yang sempit?. Memang di pedesaan burung tersebut dianggap hama oleh para petani, tetapi alangkah indahnya jika mereka dibiarkan terbang bebas dialam, berkumpul bersama teman-temannya, mencari makan bersama dan saling bersilahturahmi, tentulah sangat indah untuk disaksikan walaupun bulu asli mereka tidak terlalu menarik untuk diperhatikan.


Seperti yang saya alami sendiri ketika melihat kawanan bondol berterbangan dengan bebas disawah nan hijau dan melihat bondol-bondol tersebut meloncat-loncat riang gembira dari batang padi yang satu ke batang padi yang lain bersama teman-temannya. Seketika itu saya merasa kagum dan takjub atas keagungan ciptaan Allah ... Subhanallah !!!!!


Di lain waktu di salah satu hotel di Semarang, saya pernah menyaksikan suatu kejadian yang mengagumkan tentang burung bondol tersebut. Di setiap burung pasti ada parasit yang menempel di bulunya, namun bondol-bondol tersebut mempunyai cara yang unik untuk membunuh parasit-parasit tersebut. Mungkin bisa disebut juga dengan mandi, tetapi bukan air yang digunakan melainkan zat asam yang dikeluarkan oleh semut rang-rang.


Bondol-bondol tersebut satu persatu secara bergiliran hinggap di dekat sarang semut tersebut, karena merasa terganggu tentunya semut-semut tersebut langsung mengeluarkan zat asamnya untuk mengusir makhluk pengganggu dari sarangnya. Lalu bondol tersebut membuka lebar-lebar sayapnya hingga zat asam yang dikeluarkan oleh semut menempel di bulu-bulunya. Setelah merasa cukup, bondol tersebut kemudian terbang dan digantikan oleh bondol lainnya. Sungguh sangat menakjubkan.

Seandainya saja para penjual tersebut bisa merasakan kepedihan yang dirasakan burung tersebut apabila mereka terpisah dari keluarga dan teman-temannya kemudian disepuh lalu dikurung di kandang yang sempit, mungkin mereka akan tetap membiarkan bondol-bondol tersebut hidup bebas di alam tanpa gangguan sedikitpun. Namun dikala ekonomi masih dijadikan alasan, kita tidak akan pernah tahu kapan hal tersebut akan terwujud.